PERCEPATAN PENUMBUHAN USAHA AGRO INDUSTRI MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK

PERCEPATAN PENUMBUHAN USAHA AGRO INDUSTRI

MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK

 

Kehidupan alam agraris membuka pintu perencana, melihat  arsitektur alam

sang lebah, hidup berkoloni dalam  kantong madu yang efisien melakukan usaha

 produktif menghasilkan madu yang bermanfaat bagi koloninya dan kehidupan manusia.

Tulisan ini, meminjam desain arsitek sang lebah untuk membangun Kantong “MADU”,

yaitu pemberdayaan koloni sumber daya :

Manusia – Alam – Daerah – Utility (MADU),

yang mampu memupuk pohon industri agro menjadi upaya percepatan Penumbuhan

Usaha Produktif Untuk Kesejahteraan (PUPUK), dengan tujuan agar koloni

Kantong “MADU” Agro Industri mampu menggeser kantong kemiskinan.

 

 

Agro industri milik bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke itulah Indonesia dengan keragaman potensi SDA terkandung didalamnya. Areal pertanian terhampar luas (sekitar 60%), aneka varitas tanaman pertanian dan perkebunan banyak diusahakan oleh rakyat. Upaya visioner merancang agro industri sebagai salah satu  industri andalan masa depan Indonesia dan untuk menjadikan Negara Maju baru di tahun 2020 dengan industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik.

Kondisi pertumbuhan industri pengolahan non migas pada triwulan I – 2012 telah tumbuh dengan kontribusi 20,47% terhadap  Produk Domestik Bruto (PDB), sedikit  lebih rendah dibanding tahun 2011 mencapai 20,92% dengan Laju Pertumbuhan (LP) 6,83 %, sementara pada triwulan I – 2012 LP industri pengolahan non migas baru mencapai 6,13% masih lebih rendah dari tahun 2011.

Kinerja Industri Pengolahan Non Migas

(dalam %)

Sumber : http://www.kemenperin.go.id/statistik, diolah

Sedangkan kontribusi sektor pertanian tumbuh 15,4% dengan Laju Pertumbuhannya 3,4% (sumber BPS - 2011, dalam Outlook Industri 2012).  Mencermati pertumbuhan 2(dua) sektor tersebut, meskipun kinerja industri sedikit melambat tetapi apabila dikaitkan dengan kinerja pertanian berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa industri telah mampu memproses input (hasil pertanian), namun pertanyaannya: apakah output dan outcome-nya sudah mampu memberikan kehidupan yang lebih baik?. Inilah tantangan visioner yang perlu dijawab.

 

  • Analisa Masalah

Melihat data kondisi tingkat pengangguran dan kemiskinan 2009 – 2011 (lihat data dibawah ini) telah menunjukkan tren penurunan, yaitu penduduk miskin 32,53 juta jiwa (14,15%) th. 2009 turun menjadi 30,02 Juta jiwa (12,49%) th. 2011 dan angka pengangguran 8,96 juta jiwa (7,87%) th. 2009 turun menjadi 7,70 Juta jiwa (6,56%) th. 2011.  Kemudian melihat tren Laju Pertumbuhan (LP) penurunan dari data kemiskinan dan pengangguran 2011 bahwa prosentasenya 6,30% dan 8,12 % sudah cukup baik apabila dibandingkan dengan LP pertanian dan industri.

Masalahnya adalah : meskipun data kemiskinan dan pengangguran 2009 – 2011 diatas terlihat angka menurun, namun kalau dilihat dari Laju Pertumbuhan (LP) penurunannya 2010 ke 2011 ada variabel yang mengecil, kondisi ini berarti menunjukkan terjadinya LP penurunan kemiskinan dan pengangguran mulai melambat. Angka yang mengecil ini memperlihatkan bahwa tingkat kemajuan industri yang dicapai juga belum sepenuhnya memberikan nilai tambah yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja yang banyak, hal ini terlihat Laju Pertumbuhan (LP) penduduk miskin melambat (turun 1,42%) dan LP prosentase pengangguran juga melambat (turun 1,16%). Disamping itu memang terlihat juga data LP industri pengolahan pada triwulan I – 2012 baru mencapai 6,13% melambat dibanding tahun 2011 telah mencapai 6,83%.

 

  •  Analisa Tujuan

Gejala melambatnya Laju Pertumbuhan (LP) penurunan angka kemiskinan dan pengangguran itu disebabkan oleh hasil proses peningkatan nilai tambah yang masih kurang optimal. Bagaimana merubah pola masyarakat komoditas SDA ”gelondongan” menjadi komoditas industri ”menggelinding” lebih cepat di dalam negeri?, agar industri pengolahan tumbuh dan mampu menyerap pengangguran serta menyebarkan nilai tambah mengangkat kesejahteraan penduduk miskin. Oleh karenanya, upaya memperbaiki angka pengangguran dan kemiskinan diperlukan pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan percepatan LP industri yang menyebar pada kantong – kantong kemiskinan. Percepatan proses hilirisasi agro industri di dalam negeri, dengan meminimalisir ekspor gelondongan harus segera dilakukan lebih cepat lagi, guna multiplayer efek percepatan optimalisasi nilai tambah juga terjadi di dalam negeri.

 

  •  Pintu Perencanaan

Pintu Perencanaan sebagai jalan keluar, bagaimana kita Membangun Kantong “MADU” Agro Industri yang mampu menggeser kantong kemiskinan?

1.   Kantong “MADU”

Kantong “MADU” dimaksud  adalah membangun koloni komunitas basis agro di lokasi tertentu (Kab/Kota) yang mampu menghimpun Sumber Daya (SD) :

·      Manusia (SDM), prioritas memberikan peluang kepada pengangguran;

·      Alam (SDA), prioritas kompetensi inti  daerah;

·      Daerah (SDD), prioritas bagi Peran Pemegang Komitmen;

·      Utility (SDU), prioritas mempunyai unit sporting/fasilitas pendukung;

Totalitas SD diatas, menjadi Koloni Super Daya atau dalam konteks ini disebut Pembangunan Kantong “MADU”, dengan tujuan agar aktivitas kantong dimaksud menjadi pintu memupuk dan merawat tumbuh dan berkembangnya pohon industri agro yang sehat di lokasi terpilh sesuai prioritasnya.

2.   Penentuan Lokasi

a. Identifikasi Sumber Daya Kabupaten/Kota

b. Penentuan lokasi binaan (Kantong “MADU”), dengan pendekatan membanding-kan beberapa lokasi wilayah tertetu yang di identifikasi berdasarkan hasil analisa dari koloni Sumber Daya(SD) tertinggi menjadi prioritas pilihan.

3.   Penumbuhan Usaha Produktif Untuk Kesejahteraan (PUPUK)

a. Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas mungkin tertinggi di dunia dan jumlah penduduk yang besar, sehingga sektor agro industri mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat (peluang usaha produktif terbuka).

b. Menumbuhkan agro industri dengan mengolah SDA pertanian kita, tentu tidak terlepas dari peran SDM yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan. Komitmen daerah sebagai konsekuensi logis desentralisasi maka daerah berkewajiban untuk mendongkrak dan mendorong pelaku usaha untuk lebih sehat dan bergerak lebih cepat. Untuk itu, optimalisasi dukungan peran Sumber Daya Daerah (SDD) yang berperan sebagai pemegang komitmen pengembangan SDM agro industri di daerahnya sangat diperlukan, guna penumbuhan usaha produktif.

c. Dengan komitmen itu diharapkan optimalisasi mengerahan Sumber Daya Utility (SDU) dapat terjadi, yang kemudian mampu mendorong percepatan interaksi SDM dengan SDA menumbuhkan pohon industri agro di lokasi Kantong “MADU”.  Aktivitas usahapun dimulai, tahap ini disebut terjadinya Penumbuhan Usaha Produktif Untuk Kesejahteraan (PUPUK) atau kita sebut saja Usaha Produktif Kantong “MADU” Agro Industri. Usaha ini diharapkan dapat memupuk, merawat dan tumbuh berkembangnya pohon industri agro yang semakin subur dan rimbun turunan produknya (proses penumbuhan usaha hilirisasi terjadi).

4.  Pembentukan Kelembagaan

Pembentukan Kelembagaan Usaha Produktif Kantong Madu Agro Industri ini, dimaksudkan agar stake holders secara bersama terlibat dalam proses percepatan pengembangan agro industri ke depan, melalui (1) mengembangkan peran partisipasi dalam Penyusunan Program Pegembangan Usaha Produktif dengan pendekatan Metoda ZOPP (Ziel Orentierte Project Plannung) atau Perencanaan Proyek Orientasi Tujuan, yaitu proposal perencanaan yang memuat Analisa Masalah, Analisa Tujuan, Analisa Alternatif, Analisa Peran Manajemen Percepatan, Rencana Aksi dan Target dalam Matrik Perencanaan Proyek (MPP) serta Rencana Operasional Pembangunan (ROP), (2) peran nyata stake holders dalam pelaksanaan rencana sesuai tugas dan fungsinya (lihat pola pikir manajemen percepatan), (3) monitoring dan evaluasi pencapaian target serta (4) eksistensi siklus percepatan agro industri ke depan.

5.  Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai adalah percepatan laju pertumbuhan agro industri melalui Usaha Produktif Kantong “MADU” yang mampu memberikan kontribusi madu pembangunan ekonomi yang memang “SEHAT” untuk masyarakatnya, yaitu terjadinya kehidupan yang lebih baik, minimal terjadinya peningkatan indikator hasil dalam bidang Sosial, Ekonomi, Hukum, Agama, Transportasi (SEHAT).

  • Studi Kasus Pendekatan Pembangunan Kantong “MADU”

Penulis dalam tugas berkunjung ke salah satu kota pemekaran, yaitu Kab. Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten ini baru berusia 9 tahun dengan komptensi intinya salah satunya adalah komoditi kakao.

Mari kita lihat, apa saja yang mereka lakukan?.

1.  Penyiapan SDM

Penyiapan SDM terampil untuk mampu berinteraksi dengan SDA menuju Agro Industri, dikembangkan bidang pendidikan yang berbasis penerapan teknologi yaitu membangun SMKN 1 Tomoni. Sekolah ini didirikan oleh pemegang peran Pemda. Kab. Luwu Timur, yang bertujuan memberikan kontribusi nyata di bidang pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat lokal Kab. Luwu Timur  maupun nasional, agar memiliki kesiapan menghadapi tuntutan kebutuhan SDM bidang industri agro dan kesiapan SDM menghadapi percepatan bisnis, sekolah ini memfasiltasi teknologi dengan konsentrasi (1) Teknik Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP) dan (2) Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

2. Pengolahan SDA

Pencapaian hasil siswa – siswi dari sekolah tersebut diatas, berhasil mengembangkan peluang usaha untuk bekal berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian, diantaranya :

a. Meningkatkan produktivitas tanaman kakao dengan mengembangkan sistem sambung pucuk pada tanaman kakao di sekolah, guna mendapatkan mutu bibit kakao yang produktif.

b. Praktek lapangan, menanam bibit pohon kakao produktif dan ini terus disosialisasikan kepada masyarakat petani kakao guna terjaminnya keter-sediaan bahan baku kakao dalam mendorong usaha industri pengolahan.

Hasil yang dicapai :

c. Praktek Berusaha Bisnis :

Masing-masing siswa wajib untuk menanam sebanyak 50 bibit kakao dihalaman rumahnya, semua ini untuk melatih siswa lebih mendalami dan mengembangkan tanaman kakao serta wawasan berusaha bisnis, karena modal 1 bibit hanya membutuhkan Rp. 1.200 setiap polyback tanaman kakao yang nantinya jika telah

tumbuh maka akan terjual dengan harga rata-rata Rp.5.000 - Rp 6.000 setiap polybacknya (nilai tambah terjadi). Aktivitas siswa dalam lingkungan sosial masyarakat, memberikan multiplayer efek mempengaruhi masyarakat sekitarnya merubah pola pikir untuk menentukan bibit tanaman kakao yang produktif.

d. Terbangunnya keterpaduan usaha agro industri (lihat gambar), seperti membentuk kantong madu berbentuk hexagonal maka semua ruang/peluang usaha dimanfaatkan untuk memupuk nilai tambah.

e. Dengan kompetensi daerah kakao, dikembangkan usaha industri hilir pengolahan coklat bubuk dan batangan, kemudian terlihat juga terjadinya aktivitas

usaha unit industri pupuk kompos berbahan baku dari kulit buah kakao, dimana bahan baku (kulit buah kakao) itu di beli pada masyarakat petani kakao (nilai tambah masyarakat). Kulit buah kakao juga ternyata dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak, karena kulit buah kakao banyak mengandung mineral seperti K dan N, protein, lemak, dan sejumlah asam organic, maka potensi kulit buah kakao untuk diolah menjadi pakan ternak memiliki prospek yang baik.

f. Mengembangkan usaha peternakan kambing dalam upaya pemanfaatan kotoran kambing untuk menjadi campuran pupuk kompos.

g. Di sela areal pohon kakao yang teduh, dimanfaatkan menjadi pengembangan  usaha industri madu Triguna (produk madu yang diolah dari 3 unsur yang terkandung dalam kantong madu lebah ).

3.  Optimalisasi Sumber Daya Daerah (SDD)

Komitmen Pemda ditunjukkan dengan Visi dan Misi serta kebijakan dan program keterpaduan dari SKPD terkait dalam mewujudkan pelaksanaan pembangunan menuju agro industri 2015, membangun pintu gerbang Agroindustri Luwu Timur “Tanam - Petik - Olah - Kemas – Jual (TAPELAKEJU)”. Dengan sosialisasi komitmen itu yang gencar mengaktifkan memory masyarakat untuk berbuat. Pembangunan industri diarahkan pada pengembangan kompetensi inti daerah dengan target capaian agro industri yang berdaya dan berhasil guna tahun 2015.

4.  Mengerahkan Sumber Daya Utility (SDU)

Utiliy sebagai sumber daya sporting diarahkan untuk mampu memfasilitasi pelaku usaha untuk berbuat dan berpola bisnis dengan mengembangkan program pada APBD/APBN dan  mengoptimalkan program bina lingkungan dari perusahaan – perusahaam besar untuk saling bekerjasama dalam memberikan  bantuan modal, mesin/peralatan dan pemasaran serta berbagai pelatihan dan bimbingan pengembangan usaha guna percepatan usaha produktif masyarakat (pelaku usaha).

Contoh dari salah satu pelaku usaha, walaupun masih kecil usahanya sekarang ini, tetapi pola pikir bisnis yang dikembangkannya adalah visioner ke depan untuk membangun koloni masyarakat untuk menjadi usaha besar.  Memulai dengan membuka usaha kecil, ia mulai membuka diri untuk maju dan terus mengikuti berbagai pelatihan dan aktivitas bimbingan pengembangan usaha.

Visionernya adalah mengembangkan tahapan sbb:

Kondisi yang telah ia lakukan sekarang, lihat rangkaian gambar dibawah ini.

 

  •  Manajemen Kantong “MADU”

Kelembagaan Kantong ”MADU” yang telah dibentuk hendaknya dapat dikelola se-cara manajemen percepatan, yaitu manajemen yang berupaya menambah daya untuk menggelindingkan usaha agar bergerak lebih capat dengan hasil berlipat dari hasil sebelumnya. Sebagai pendekatan, lihat ilustrasi pola pikir percepatan pada gambar di bawah ini dan implementasinya dituangkan pada master plan koloni kerja sama peran dalam bentuk program/kegiatan percepatan pengembangan Kantong “MADU” Usaha Agro Industri, sesuai peran tugas dan fungsinya (lihat matrik stake holders).

Pola pikir manajemen percepatan diatas pada dasarnya adalah pendekatan konsep keseimbangan dalam ergonomic, pendekatan  suatu konsep menggunaan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan dan keterbatasan manusia. Kalau disimak secara umum adalah mengupayakan berbagai gerak kerjasama di segala penjuru untuk satu daya pergerakan yang lebih baik. Kemudian apabila dituangkan dalam manajemen, implementasinya tak jauh beda akan bermakna “Bersama kita bisa”. Oleh karena itu, semangat “Bersama kita bisa!” yang didengungkan Presiden SBY, memang harus diimplenmentasikan dengan tepat, agar mendarat cepat secara terpadu dan fokus ke satu tujuan pembangunan. Dalam konteks tulisan ini, yaitu dalam bentuk keterpaduan program percepatan pembangunan dan pengembangan agro industri dimaksud.

Matrik di bawah ini mencoba mendesainkan secara umum tugas dan fungsi sebagai rujukan stakeholders dalam kerangka pendekatan manajemen percepatan.

Matrik Stakeholders Manajemen Percepatan

 

Proses percepatan, ya memang tidak bisa dikerjakan sendiri oleh masing – masing sektor, mampu mengolah SDA namun tanpa didukung sumber daya daerah menyiapkan infrastrukturnya maka hasil olahan akan terpendam dalam pasar lokal di desa, sehingga fungsi pendongkrak perlu dilakukan. Wilayah luar Jawa lebih sukar membuka koneksitas ketimbang wilayah Jawa. Pemda wilayah Jawa tinggal buka fasilitas pasar “TUGU” (pasar untuk hari sabtu dan minggu) di kota, produk akan cepat mengalir ke lokasi itu.

Kemudian dalam hal memperkuat daya saing SDM diperlukan penguasa-an teknologi, sehingga perlu adanya fungsi pendorong agar mampu tumbuh kreativitas dan inovasi teknologi, untuk itu pendidikan dituntut sisi peningkatan iptek guna SDM industri kita mampu menjawab tantangan global.

Demikian juga halnya dengan fungsi penarik, perlu memperkuat daya tarik faktor–faktor penghela pada sisi permintaan ter-hadap produk – produk industri, seperti mem-fasilitasi proses negosiasi bisnis dll.

 

 

 

 

 

  •    Contoh Fungsi Pengangkat

Upaya percepatan agro industri telah banyak diupayakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah (Prov/Kab/Kot), berupa kebijakan memperingan beban usaha industri agro dengan menjalankan fungsi pengangkat, diantaranya melalui penyediaan fasilitas yang bertujuan untuk mengangkat produk – produk lokal menuju pasar global.

Contohnya Fungsi Pengangkat :

·               Antenna Shop Ga’dena Sulsel - Jakarta

Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderai Industri Agro Kemenperin bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan dengan program peningkatan iklim usaha industri melaknakan kegiatan pembangunan Pilot Proyek Antenna Shop Produk daerah Sulawesi Selatan di Jakarta tahun 2012, yang diberi nama Antenna Shop Ga’dena Sulsel – Jakarta.

Antenna Shop dimaksud adalah merupakan fasilitas yang sediakan untuk memamer-kan dan mempromosikan produk - produk unggulan industri agro lokal Provinsi Sulawesi Selatan di lokasi Jakarta guna mendekatkan pasar dalam lalulintas bisnis pasar global. 

 

Antenna Shop Ga’dena Sulsel memfasilitasi:

-           Galeri Produk, tempat menggelar berbagai jenis produk olahan agro seperti hasil olahan markisa, cokelat, kopi, kacang & jagung disko, abon ikan, minyak gosok serta kerajinan kayu dan sutera.

-           Pojok Wisata, melayani informasi wisata Provinsi Sulawesi Selatan, seperti jadual penerbangan, penginapan, jadual even wisata dan sarana transportasi.

-           Disamping itu, dilengkapi juga dengan menyediakan fasilitas rumah makan dan kedai minum khas Sulawesi Selatan.

 

Lokasi: Jl.Wolter Monginsidi No.40 Kebayoran Baru – Jakarta Selatan.

 


·             Outlet  Ole-Ole Khas Luwu Timur                           

 

 

 Fasilitas Outlet ole – ole ini dibangun  oleh Pemda Luwu Timur melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab.Luwu Timur, berlokasi di dekat Pintu gerbang kota Malili yang stategis dalam jalur lalu lintas wisata Provinsi Sulawesi Selatan. Fasilitas ini juga untuk memberikan rangsangan dalam percepatan pertumbuh-an penjualan produk – produk industri agro yang signifikan.

 

  •         Penutup

Tulisan ini alamiah saja dari perlakuan alam, menumbuhkan usaha produktif dan untuk mengisi kehidupan di alam dunia ini yang lebih baik. Pintu perencanaan dengan desain membangun Kantong “MADU”, agar koloni sumber daya Manusia – Alam – Daerah – Utility seperti diuraikan diatas, diharapkan dapat membangun kekuatan usaha produktif, mengolah bahan baku agro alam Indonesia, berkerjasama berkreasi dalam keterpaduan koloni yang efisien, menghasilkan produk turunan agro bermutu, bernilai tambah tinggi dan mampu mensejahterakan anggota koloninya serta berkonstribusi mendorong percepatan agro industri dan ekonomi secara nasional.

Pintu sebagai jalan keluar hanya memberikan rangsangan berpikir perencanaan dalam sebuah gagasan, tentunya kesempurnaan untuk implementasi diperlukan studi pendalaman dan uji coba. Kreativitas dan inovasi selalu saja diperlukan dalam era serba cepat ini guna meraih kehidupan yang lebih baik. Semoga tulisan ini bermanfaat.

(Hasan Fauzy – Perencana Madya, Ditjen. Industri Agro)